Pondok Pesantren Qothrotul Falah Cikulur Lebak Banten selalu konsisten mentradisikan kegiatan literasi, terutama di bidang tulis-menulis. Setiap tahun, misalnya, ada keharusan bagi siswa-siswi Kelas XII SMA Qothrotul Falah untuk membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai salah satu persyaratan kelulusan dari pesantren.
Untuk tahun ini, sebagaimana dijelaskan oleh Ketua Panitia Karya Tulis Ilmiah (KTI) Ustadzah Fitri Ariyanti, S.Pd., kegiatan munaqasyah diselenggarakan dalam dua tahap: tertutup dan terbuka. Terbuka diselenggarakan pada Sabtu, 16 Januari 2020. Dan Sabtu depan insya Allah diselenggarakan ujian terbuka.
“Tertutup itu sifatnya sangat personil hanya ada penguji dan peserta. Tidak ada penonton. Setelah itu, nanti akan diseleksi lima terbaik, yang nantinya akan diujikan terbuka di hadapan semua guru dan semua santri,” ujarnyanya.
Dikatakan Ustadzah Fitri, tujuan utama kegiatan ini adalah melatih tulis-menulis dan melestarikan tradisi literasi ini. Juga untuk mengakrabkan mereka dengan buku-buku.
“Selain itu, juga untuk melatih mental mereka berhadapan dengan banyak orang. Ini juga sekaligus mempersiapkan anak-anak ketika kelak menjadi mahasiswa di kampus, yang akan bergelut dengan dunia tulis-menulis setiap saat,” katanya lagi.
Ustadzah Fitri melanjutkan, rencananya hasil KTI ini akan dibukukan, supaya terdokumentasikan dengan baik dan bermanfaat bagi orang yang membacanya. “Mudah-mudahan buku itu menjadi kenangan terbaik dan lebih mencerdaskan,” katanya.
Kegiatan KTI ini memang sudah menjadi trend di lingkungan Ponpes Qothorutl Falah. Bahkan peluncuran buku karya guru atau santri menjadi agenda rutin setiap wisuda santri.
“Tradisi KTI ini sudah kami lakukan sejak 2009, dan alhamudulillah terus berlangsung hingga saat ini. Ini akan terus kami pertahankan, karena inilah cara kami mewariskan gagasan, ide, pemikiran, bahkan peradaban, kepada generasi setelah kami,” ujar Koordinator Majelis Pembimbing Santri (MPS) Qothrotul Falah, Nurul H. Maarif, yang juga Pembina Triping Community.
Triping Community adalah komunitas santri yang kegiatan utamanya 3-ing: reading, writing dan speaking. Beberapa buku yang dicetak professional telah dihasilkan mereka: Renungan Santri I: Refleksi atas Kehidupan Remaja , Renungan Santri II: Intelektualitas, Moralitas dan Integritas Remaja, Rumah Kita: Catatan Santri Qothrotul Falah, Toleransi Perspektif Santri, Fikih Keseharian, Lelaki dalam Doa, Nasihat untuk Santri, Strategi Pemasaran Ponpes Qothrotul Falah, Dakwah bi al-Qalam: Studi di Ponpes Qothrotul Falah, dan sebagainya.
Hal serupa disampaikan Kepala SMA Qothrotul Falah, KH. Abdurohman Syatibi, M.Pd. “Ini tradisi kami yang akan terus diselenggarakan. Semoga kami bisa konsisten mendampingi anak-anak untuk belajar menulis ini. Dan kami akan mensupport semaksimalnya,” ujar Putera Pertama Pimpinan Ponpes Qothrotul Falah ini.
Bagi peserta KTI, kegiatan ini sangat bermanfaat tentu saja. “Manfaatnya kita bisa berfikir bahwa apa yang kita samaikan itu harus berbobot. Tidak sekedar apa adanya. Perlu membaca serius dan butuh referensi. Karena itu, santri Qothrotul Falah harus bisa belajar berfikir kritis dan harus bisa memikirkan masalah, apa penyebabnya dan apa solusinya,” ujar M. Rio Nazaruddin asal Cikulur Lebak, yang menulis KTI berjudul “Pengaruh Teknologi terhadap Kecerdasan Santri.”
Siti Nur Fadilah, asal Cikulur Lebak, menulis judul “Perempuan sebagai Tonggak Peradaban Dunia”. Dalam presentasinya, ia menyampakkan bahwa pada umumnya perempuan itu hanya bisa 3K: "macak, manak dan masak" atau hanya di 3R "dapur, sumur dan kasur."
"Perempuan itu penopang peradaban dunia. Tidak bisa dibatasi hanya pada wilayah itu. Harus lebih. Saya sendiri ingin menjadi wanita karir," katanya menyampaikan cita-citanya.
Semoga saja, kegiatan yang sifatnya mengasah skill literasi santri ini benar-benar memberikan manfaat yang banyak bagi para santri. Terlepas dari kekurangan yang ada, kegiatan ini patut dilestarikan dengan catatan di sana-sini tentunya.
“Ya, pasti kekurangan itu ada di mana-mana. Tanpa kekurangan, kita juga tidak akan mencapai kesempurnaan. Tapi untuk ukuran mereka, kegiatan permulaan ini sudah lebih dari cukup. Insya Allah ke depan mereka akan kian matang,” ujar Bunda Saadah, salah satu penguji.[nhm]
