Pengelola Madrasah Diniah Takmiliah Awaliah (MDTA) dan Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Qothrotul Falah Cikulur Lebak Banten menerima kunjungan Pengelola Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Masjid Citra Maja Raya (CMR), Maja Lebak, 14 Februari 2021, pagi.
Bertempat di Pondok Pesantren Qothrotul Falah, Pengelola MDTA-TPQ Qothrotul Falah yang hadir adalah Hj. Dede Saadah (Kepala/Guru), Nur Jannah (Bendahara/Guru), Subandi (Sekretaris/Guru), Aroh Rohmawati (Guru) dan Nurul H. Maarif (Koordinator Majelis Pembimbing Santri Qothrotul Falah).
Sedangkan dari pihak TPQ-CMR tampak hadir H. Hasan (Dewan Pembina), Muhammad Putra Perdana (Steering Committee), Singgih Prabwo (Kepala), Veranita Mei Pratiwi (Sekretaris), Siti Nuryanah (Bendahara), Triana (Guru), Siti Awaroh (Guru), Yulia Ningsih (Guru), Perdiansyah (Guru), Yuli Yanti (Guru) dan Pahmi (Guru).
“Ini bukan studi banding ya. Ini sifatnya hanya sharing, karena lembaga kami masih sangat banyak kekurangan di sana-sini. Belum tepat kalau dianggap studi banding,” ujar Kepala MDTA-TPQ Qothrotul Falah, Dede Saadah, di sela-sela perkenalan.
Kehadiran para tamu ini memang untuk sharing, saling belajar, tentang pengelolaan TPQ, baik terkait pengelolaan metode pembelajaran, pengelolaan keuangan, pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler maupun lainnya.
“Kami gedung belum punya dan masih nebeng pada pesantren. Keuangan juga tidak maksimal, karena SPP saja hanya Rp. 4.000. Dan kami mengawali MDTA-TPQ sejak sepuluhan tahun lalu dengan ala kadarnya, karena orientasi anak-anak di sekitar daerah ini bukan sekolah agama, tapi main atau ke sawah,” ujarnya.
Namun seiring waktu, kata Puteri Kedua Pengasuh Pondok Pesantren Qothrotul Falah, al-hamdulillah kepercayaan masyarakat pada lembaga yang dipimpinnya terus membaik.
“Indikasinya, jumlah siswa terus bertambah dan saat ini sudah mencapai 130 anak. Termasuk cukup banyak untuk ukuran MDTA-TPQ yang kebanyakan tidak banyak muridnya,” katanya lagi.
MDTA-TPQ Qothrotul Falah mengikuti kurikulum Kementerian Agama (Kemenag), termasuk buku-buku ajar yang digunakan. “Cuma kami berupaya menambah kegiatan lagi biar anak-anak tidak jenuh. Misalnya, kita adakan olah raga, hiking, santri kilat, class meeting, marawis/hadrah, pembelajaran di alam bebas, dan sebagainya,” ujarnya.
“Untuk guru-gurunya, biar tidak penat, kita ajak jalan-jalan ke Dufan Jakarta, Ocean Park BSD, Pelabuhan Merak, ziarah-ziarah dan sebagainya. Kenapa? Mereka ini bebannya banyak tapi nggak punya gaji. Kami hanya bisa memberikan hiburan seadanya,” sambungnya.
Karena di musim Pandemi Covid-19, murid-murid MDTA-TPQ Qothortul Falah di-off-kan, maka pihak diniah membuatkan video yang berisi kegiatan rutin: pembacaan Asmaul Husna, pengajian Alquran, olah raga, ekstrakurikuler, sanlat, ikhtifalan dan sebagainya.
“Apa yang kami tampilkan di video itulah kira-kira gambaran kegiatan kami, dari sejak masuk sampai wisuda di akhir pembelajaran,” jelasnya.
Setelah Kepala MDTA-TPQ Qothrotul Falah menyampaikan uraiannya, giliran Pengelola TPQ-CMR menyampaikan beberapa hal. Disampikan H. Hasan, mewakili TPQ CMR, lembaganya baru berdiri 7 bulan.
“al-Hamdulillah sekarang sudah tercatat memiliki 140 murid, kendati yang aktif baru 70-an persen. Untuk itu kami masih harus banyak belajar dari berbagai lembaga lain yang lebih dulu muncul,” ujarnya.
Untuk ukuran lembaga pendidikan agama yang baru berusia 7 bulan, tentu apa yang didapatkan TPQ-CMR menjadi prestasi tersendiri, apalagi keberadaannya di tengah Komplek Perumahan Citra Maja Raya (CMR).
Ke depan, ujar H. Hasan, jika lembaganya sudah tertata dengan baik, ada harapan didirikannya Islamic Center, dengan membawahi berbagai kegiatan keagamaan, baik TPQ, MDTA, sekolah formal, maupun yang lainnya.
“Mudah-mudahan ini bisa terlaksana, karena potensi ke arah sana cukup besar,” katanya.
Disampaikan M. Putra Perdana, salah satu pengelola TPQ-CMR, untuk pembiayaan kegiatan, murid-murid dikenakan Rp. 30.000. “Juga ada beberapa donatur yang al-hamdulillah turut membantu pembiayaan. Kita buatkan formulir dan kita tawarkan mau berdonasi berapa dan jangka waktunya berapa bulan,” ujarnya.
“Lembaga kami sama sekali tidak punya donatur dan SPP hanya Rp. 4.000. TPQ CMR sudah jauh melangkap lebih baik di start yang awal,” respon Dede Saadah.
“Memang ada batuan ala kadarnya dari Pemda ya, seperti Bosda, tapi itu sifatnya membantu saja. Dan ini syaratnya ada Ijin Operasional (Ijob) dari Kemenag. Ada baiknya TPQ-CMR juga dibuatkan ijin operasional untuk keamanan ke depan,” sambungnya.
Usai memberikan uraian masing-masing, lalu forum dilanjutkan tanya jawab santai dan diakhiri makan siang ala kadarnya. Tugas pengelola lembaga keagamaan memang tidak mudah. Tapi tidak ada yang sulit jika ada kemauan dan terus istikomah.[nhm]