Direktur PD-Pontren dan Zawa: “Teladani Rasul dengan Menjadi Masyarakat Pembelajar!”

BAGIKAN:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Pondok Pesantren Qothrotul Falah Cikulur Lebak Banten menyelenggarakan Wisuda Santri XXV, pada Ahad pagi, 26 Mei 2024, di GOR Qothrotul Falah. Tampak hadir Pengasuh Pesantren KH. Ahmad Syatibi Hambali, Ketua YPI Qothrotul Falah KH. Abdurohman Syatibi, Kepala SMA Qothrotul Falah H. Nurul H. Maarif, dan Kepala MTs Qothrotul Falah Ahmad Turmudzi, M.Pd.

Juga tampak hadir Camat Cikulur H. Sukmajaya, Kapolsek Cikulur Mulyadi, Kepala Desa Sumurbandung Budi Setiawan, Kabid Pontren Kanwil Kemenag Banten H. Uwais Qorni dan Kasi Pontren Kemenag Lebak H. Agus Salim. Dan secara khusus, Wisuda Santri XXV ini menghadirkan Direktur Pendidikan Diniah dan Pondok Pesantren yang sekaligus juga Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia Prof. Dr. KH. Waryono Abdul Ghofur, M.Ag.

Dalam orasinya, Prof. Waryono menekankan tiga hal penting yang ditujukan pada santri, guru dan orang tua.

“Anda saat ini sudah diwisuda. Tapi baru SMA. Masih ada wisida S1, S2, S3, postdoctoral,” ujarnya memberikan semangat pada para wisudawan/wati.

“Karena itu, doa Rasul adalah rabbi zidni ilma. Selalalu minta ditambahin ilmu. Jangan merasa sudah pinter! Di manapun, di situ tempat belajar. Dengan siapapun ketemu, kita belajar,” katanya berpesan.

Dan menurut Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, cara terbaik meneladani Rasulullah Saw adalah dengan menjadi masyarakat pembelajar. “Biar dapat syafaat beliau, marilah semua menjadi masyarakat pembelajar atau learning society!” ujarnya.

“Di masa cofid, lembaga yang tidak berhenti belajar adalah pesantren, kendati harus diakui negara belum optimal memberikan penghargaan pada pengasuh pesantren, sehingga ada program kemandirian pesantren dalam bentuk inkubasi,” imbuhnya.

Selain pada santri, beliau juga memberikan arahan pada wali santri, terutama terkait masa depan anak-anaknya. “Anak-anak jangan mengikuti sinetron yang dibintangi Agnes Monica yaitu Pernikahan Dini. Hal ini banyak biayanya, baik psikologis maupunun finansial,” ujarnya.

Dan al-hamdulillah, saat ini ujarnya, pemerintah banyak memberikan beasiswa. “Yang mendaftar banyak dan harus kami seleksi. Karena itu, santri-santri harus belajar dan bapak/ibu mendoakan,” katanya.

“Jangan hanya memproduksi tulisan tapi juga memperbanyak bacaan. Yang harus ada di pikiran santri-santri adalah gimana caranya menembus perguruan tinggi,” imbuhnya merespon buku karya wisudawan/wati, sambil bercerita proses perjalanan hidupnya hingga mencapai titik seperti sekarang ini.

Berikutnya beliau berpesan pada para guru. “Kurangi angka kekerasan! Mendidik anak sendiri saja nggak mudah. Banyak anak jadi korban orang tuanya, karena orang tuanya produk zaman dulu,” katanya.

Beliau juga mengingatkan pentingnya menjaga akhlak. “Banyak yang akhlaknya hilang. Ketemu kiai sombong. Kepala mendongak. Karena itu terima kasihlah pada orang tua. Dulu mungkin ada yang merasa dibuang. Sekarang merasakan al-hamdulillah 24 jam kiai mendoakan kalian semua”, jelasnya.

Di akhir sambutannya, beliau berharap silaturahim antara wali santri dan santri dengan kiai tetap dijaga dan dilestarikan. “Silaturahim ke kiai itu penting. Jangan kayak buang barang aja. Cek kiai sakit apa nggak? Kalau sakit ajak ke dokter. Harus ada hubungan lembaga pendidikan dengan orang tua,” pesannya.

“Pak Kabid atau Kasi harus sering silaturahim ke pesantren, sehingga pesantren merasa ada yang memperhatikan. Cek pesantren kurangnya apa. Kasih bantuan yang diperlukan. Jangan datang minta doa naik jabatan saja”, imbuhnya menyindir kebiasaan para pejabat.

Di akhir arahannya, beliau mengapresiasi pembacaan 50 bait nadhom Alfiyah Ibn Malik yang dilantunkan oleh wisudawan. “Jarang ada anak SMA hafal Alfiah. Sampaikan ke tetangga ya ada pesantren yang ngajarin Alfiyah,” harapnya.

Sedangkan Pengasuh Pesantren Qothrotul Falah KH. Ahmad Syatibi menyampaikan bahwa beberapa wisudawan/wati telah diterima di perguruan tinggi negeri.

“Mungkin ada yang tidak meneruskan, tapi semoga banyak yang bisa melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi,” ujarnya berdoa.

Di momen ini, beliau lalu menyerahkan kembali para santri pada orang tuanya. “Dulu wali santri datang menyerahkan Putera-puteriya untuk dididik. Ada yang tiga tahun. Ada yang enam tahun. Al-hamdulillah. Hari ini kami kembalikan lagi Putera-puteri Bapak-Ibu yang telah kami didik dan telah kami arahkan. Namun tentunya, masih banyak kekurangan. Karena itu kami semua mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya dalam mendidik,” katanya.

Beliau juga menyampaikan filosofi nama Qothrotul Falah yang digunakan untuk nama pesantrennya. “Qothroh itu tetesan. al-Falah itu ay al-sa’aadah atau kebahagiaan, yakni kebahagiaan dunia dan akhirat. Kami hanya memberikan tetesan. Pendidikan itu hanya memberikan stimulus. Tergantung kita yang mengelolanya kelak,” ujarnya.

“Dengan tetesan kebahagiaan ini, semoga kelak kalian menjadi manusia yang bahagia di dunia dan akhirat. Dan jangan lupa, jika ingin bahagia dunia maka harus pakai ilmu. Ingin bahagia akhirat juga pakai ilmu. Ingin bahagia dunia akhirat juga pakai ilmu,” katanya lagi memungkasi wejangannya.

Wisuda XXV ini menjadi rangkaian terakhir dari seluruh kegiatan pelepasan Santri Kelas XII SMA Qothrotul Falah. Dimulai dari Gebyar Panggung Gembira, Khataman al-Qur’an 30 Juz dengan hafalan, istigotsah dan diakhiri wisuda.

Dalam rangkain wisuda sendiri banyak kegiatan yang ditampilkan, termasuk penampilan marawis, tari kipas, rampak bedug, pemberian hadiah untuk wisudawan terbaik dan guru teladan, juga launching dua buku berjudul “Menejemen Pemasaran Pendidikan Pondok Pesantren Qothrotul Falah” yang ditulis Hj. Dede Saadah Syatibi, M.Pd. dan “Bunga Rampai Karya Tulis Ilmiah 2024” yang ditulis para wisudawan/wati.[nhm]

Pondok Pesantren Qothrotul Falah

Alamat:
Jl. Sampay-Cileles Km. 5
Ds. Sumurbandung Kec. Cikulur Kab. Lebak
Provinsi Banten (43256)

Developed by