Deputi II Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia (Kemenpora), Dr. H.M. Asrorun Niam Sholeh, M.A. beserta istri, Ny. Hj. Lia Zahiroh, M.A., hadiri Wisuda Santri XXIII Pondok Pesantren Qothrotul Falah Cikulur Lebak Banten, Ahad, 29 Mei 2022.
Mas Niam – sapaan akrabnya –, tampak didampingi Pengasuh Pesantren, KH. Ahmad Syatibi Hambali, Kepala SMA Qothrotul Falah KH. Abdurohman Syatibi, S.E., M.Pd., juga Kepala MTs Qothrotul Falah Ahmad Turmudzi, M.Pd.
Tampak hadir juga Kabag Kesra Pemda Lebak, Dr. H. Iyan Fitriyana, M.Pd., Sekum MUI Lebak KH. Asep Saefullah, M.Pd., Ketua FSPP Lebak Ade Bujhaerimi, M.Pd., Komisioner KPU Lebak Ahmad Safarudin, M.Si., Komisioner Baznas Lebak H. Nurul H. Maarif, Camat Cikulur, Kapolsek Cikulur dan sebagainya.
Dalam sambutannya, Mas Niam menyampaikan selamat atas prosesi Wisuda XXIII yang baru berlangsung. “Selamat pada keluarga Ponpes Qothrotul Falah. Satu fase sejarah dalam dunia pendidikan sudah dilewati,” katanya.
“Wisuda ini pertanda selesainya pendidikan di Pesantren Qothrotul Falah, bukan selesainya pendidikan. Pendidikan dan belajar tidak mengenal kata berhenti. Semua yang ada memiliki dimensi pendidikan dan ada pelajaran di sana,” sambungnya.
Ketua MUI Bidang Fatwa ini menyatakan, santri harus memiliki himmah (cita-cita atau keinginan) belajar yang tinggi. “Alam ini hamparan ilmu. Di tangan orang yang punya himmah, seluruh yang ada adalah media pembelajaran. Kalau tidak ada himmah, di tempat pendidikan sekalipun, kita tidak akan mendapatkan apa apa,” jelasnya.
“Secanggih apapun teknologi, kalau tidak ada himmah belajar dan kreativitas guru, maka kita telah mengubur masa depan kita,” imbuhnya.
Ia lalu mencontohkan terjadinya tragedi Bom Atom yang meluluhlantakkan Jepang. “Yang ditanya setelah itu: ada guru yang mau ngajar nggak? Ada murid yang mau belajar nggak? Dan itu yang membuat Jepang maju pesat,” katanya.
Sebagai pejabat, akademisi sekaligus kiai, Mas Niam lalu menyampaikan histori pesantren yang sudah eksis sejak dulu kala. “Pesantren tidak lekang oleh zaman. Tetap eksis dengan kemandirian ekonomi. Selaku pemerintah, karenanya, kami menyampaikan terima kasih atas kontribusi pesantren, khususnya Pesantren Qothrotul Falah, untuk bangsa,” ujarnya.
Kewirausahaan santri, juga menjadi perhatiannya. “Santri itu sudah biasa mandiri. Santri nggak perlu khawatir menganggur. Santri bisa jadi camat, polisi, pejabat, politisi atau yang lain. Santri siap jadi apapun,” katanya memotivasi.
Di akhir penyampaian motivasinya, Mas Niam memberikan hadiah uang untuk dua santri yang berprestasi: Asyitta Salsabila dan Uswatun Hasanah. Masing-masing senilai Rp. 5 juta. Juga memberikan bantuan untuk pengembangan GOR Qothrotul Falah senilai Rp. 50 juta.
Usai Mas Niam, lalu disambung tausiah oleh Pengasuh Pesantren. “Kami mengundang Pak Niam untuk motivasi santri. Ternyata santri bisa jadi pejabat. Santri itu bisa maju,” jelasnya.
Bahkan dikatakan Pengasuh, orang kampung juga ternyata bisa jadi pejabat. “Santri jadi pejabat sudah banyak. Ada Gus Dur, Kiai Makruf Amin, dan yang lain. Sekarang pesantren sudah sama dengan sekolah yang lain,” ujarnya. “Jadi jangan ragu masuk pesantren.”
Untuk meramaikan prosesi wisuda, Panitia menampilkan seni santri Rampak Bedug, yang dimainkan oleh Siswa Kelas X SMA Qothrotul Falah. Juga dilaunching “Kompilasi Karya Tulis Ilmiah 2022” karya wisudawan/wisudawati. Malam sebelumnya, diadakan pensi seni santri: tari, drama, puisi, dll.[nh]