Pondok Pesantren Qothrotul Falah Cikulur Lebak Banten telah mamasuki usia ke-33, pada 31 Juli 2024. Usia yang cukup matang sebagai lembaga pendidikan.
Pondok ini telah menapaki berbagai dinamika dalam menjalankan kegiatannya. Di usianya yang ke-33, Pondok ini menambah satu lagi lembaga pendidikan yakni Sekolah Dasar Living Quran (SDLQ) Qothrotul Falah, yang telah resmi berdiri setahun lalu.
Pada milad ke-33 kali ini, Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Qothrotul Falah (OPPQ) menyelenggarakan acara sederhana, yakni tumpengan dan makan bersama.
Adapun rangkaian acaranya adalah pembacaan kalam ilahi, shalawatan/hadrah, tahlil, santunan, tausiah Pengasuh dan pemotongan tumpeng.
Dalam sambutannya, Pengasuh Pondok Pesantren Qothrotul Falah KH. Ahmad Syatibi Hambali menyampaikan kebahagiaannya atas kepedulian semua santri pada milad Pondok.
“Semoga ini menjadikan berkah untuk semua. Mudah-mudahan ke depan kegiatannya bisa lebih diramaikan,” katanya.
Beliau berpesan, santri harus ingat bahwa mereka datang ke Pondok hanyalah untuk mencari ilmu bukan untuk niat yang lain.
“Kuncinya pertama sabar. Sabar dalam arti luas. Sabar itu memerangi kemalasan. Bel sudah bunyi, ntar aja sabar dulu lah masuknya. Bukan ini yang namanya sabar. Tapi memaksakan diri segera masuk kelas itulah sabar,” katanya.
“Belajar itu besar ujiannya. Bangun malam itu malas. Bangun subuh itu malas. Harus maksakan. Insya Allah, kita akan sukses,” jelasnya.
Beliau lantas mengutip maqalah Imam Al Ghazali dalam Minhajul Abidin, bahwa : al shabru miftahu kulli ma yurja’/sabar itu kunci segala harapan.
“Kadang belajar itu jenuh dan malas. Di situlah kita harus sabar dengan cara menghilangkan kejenuhan dan kemalasan itu. Insya Allah kalian akan berhasil,” ujarnya.
Beliau juga mengingatkan, bahwa guru itu hanya membimbing dan mengarahkan. Yang membukakan pemahaman pengetahuan itu Allah.
“Karena itu kita banyak berdoa supaya Allah membukakan pemahaman,” katanya.
Iblis atau setan, katanya, tidak ingin melihat santri itu berhasil. Makanya banyak sekali godaan di Pondok. Jenuh dan ingin pulang misalnya.
Yang kedua, kunci sukses itu syukur.
“Segala sesuatu yang terjadi itu semua ketentuan Allah, termasuk mentakdirkan kalian semua ke Pondok ini. Kita harus syukur, karena dijadikan oleh Allah sebagai santri,” jelasnya.
Gimana caranya bersyukur?
“Manfaatkan waktu sebanyak-banyaknya untuk mencari ilmu. Baik di kelas. Di majlis. Atau di luar kelas. Baca yang banyak. Bukan hanya syukur dengan lisan,” katanya.
Usai tausiah beliau, lalu acara disambung dengan pemberian santunan dan potong tumpeng.
Semoga Allah memberkahi kita semua dan Pondok ini. Aminnn! []