Sebelum perpulangan liburan Ramadhan dan Syawal 1446 H, para santri Pondok Pesantren Qothrotul Falah Cikulur Lebak Banten mendapat siraman ruhani dari Pengasuh, KH. Ahmad Syatibi Hambali, Jum’at, 21 Maret 2025.
Bertempat di GOR Qothrotul Falah dan sekaligus memperingati Nuzulul Qur’an, Rais Syuriah PWNU Propinsi Banten ini berpesan supaya santri menjaga kebiasaan yang sudah dijalankan di Pesantren.
“Alhamdulillah minimal khatam al-Qur’an walaupun sekali. Tarawih semoga juga tidak ada yang bolong. Kecuali yang perempuan ya,” ujarnya.
Baca al-Qur’an, katanya, manfaatnya luar biasa. Apalagi sampai mampu tadabbur atau merenungi isinya.
“Sambil tadabbur, itu maknanya akan masuk ke dalam hati. Dan hati akan menjadi lembut. Al-Qur’an dengan bacanya saja, itu sudah dapat pahala, walaupun kita tidak mengerti isinya,” kata Ketua MUI Lebak dua periode ini.
Beliau lantas bercerita tentang proses turunnya al-Quran, baik turun dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah maupun dari Baitul Izzah ke Kanjeng Rasul.
“Dan al-Qur’an itu dijaga oleh Allah. Siapa yang mengacak-acak al-Qur’an pasti akan ketahuan. Dan mengubah al-Qur’an walaupun hanya satu huruf, itu dosa besar. Tidak boleh main-main dengan al-Qur’an,” katanya.
Karena isinya aturan-aturan untuk manusia, maka akan menjadi istimewa jika kita sekaligus bisa memahami isinya.
“Tapi minimal bisa membaca saja, itu sudah luar biasa, karena memahami al-Qur’an itu harus disertai ilmu nahwu, badi’, bayan, dan sebagainya,” sambungnya.
Beliau juga berpesan kepada santri, supaya dalam memahami al-Qur’an tidak meninggalkan para ulama. Apalagi sekarang ada golongan yang ingin memisahkan kita dengan para ulama.
“Nggak bisa kita hanya kembali ke al-Qur’an dan Hadis tanpa melalui ulama. Kita ini nggak bisa apa-apa. Nggak akan bisa istinbath hukum. Kelompok yang mengajak kembali ke al-Qur’an dan Sunnah ini sebetulnya ingin menjauhkan kita dengan ulama. Makanya kita harus hati-hati,” pesannya.
Beliau juga berpesan kepada para santri untuk belajar tekun supaya mendapatkan ilmu.
“Bawa ilmu itu ringan. Kalau bawa beras atau kayu itu berat. Mending bawa ilmu. Manfaatnya lebih banyak,” katanya.
Terkait perpulangan, beliau berpesan supaya santri tidak meninggalkan kebiasaan yang baik sebagai santri.
“Shalatnya tolong dijaga. Harus beda antara kalian belum nyantri dengan setelah nyantri. Tolong juga jaga sikap pada orang tua. Harus sopan, karena mereka orang paling istimewa bagi kita. Jangan bikin pusing mereka,” ujarnya.
Sebagai rangkaian persyaratan perpulangan, santri wajib khatam al-Qur’an minimal sekali, mengaji kitab kuning, selesai PTS dan sebagainya.
Dan pada malam perpulangan, mereka mengadakan lomba-lomba keagamaan terkait Ramadhan: murattal, adzan, qiraah, ceramah, dan sebagainya.[]