Pondok Pesantren Qothrotul Falah Cikulur Lebak Banten berencana melebarkan cakupan lembaga pendidikannya, dengan mendirikan Sekolah Dasar (SD) untuk santri-santri anak-anak. Saat ini, semua kesiapan sedang dimatangkan oleh Pengelola; baik fasilitas, menejemen pengelolaan, kurikulum, pembinaan maupun yang lain.
Dikatakan Nurul H. Maarif, Koordinator Majelis Pembimbing Santri (MPS) Qothrotul Falah, pengembangan ini diniatkan untuk memajukan Pondok Pesantren Qothrotul Falah, yang sejauh ini telah memiliki MTs dan SMA. Juga telah memiliki lembaga pendidikan nonformal seperti majlis taklim dan diniah kitab kuning.
“Semua diniatkan supaya pondok ini lebih baik dan manfaat lagi. Tentu banyak PR yang ada di depan mata. Insya Allah dengan keseriusan dan kesungguhan berbagai pihak, semua bisa diraih dengan maksimal,” ujar Nurul H. Maarif.
Kenapa anak-anak?
Nurul menjelaskan, ibarat pohon, anak-anak adalah tunas, yang bisa dibentuk menjadi seperti apapun. “Hidup matinya pohon tergantung bagaimana kita merawat tunasnya. Ini sama halnnya manusia. Bengkok atau lurusnya, sangat tergantung pendampingan di saat anak-anak,” ujarnya.
“Semoga dengan pendampingan sejak usia anak-anak, mereka kelak dewasanya akan menjadi manusia yang benar-benar berkualitas lahir dan batin,” katanya lagi.
Dikatakan NHM – sapaan akrabnya – target yang hendak dicapai oleh Pengelola, selama enam tahun santri anak-anak belajar, bisa dipilah menjadi beberapa level: Tahun I tuntas tahsin Alquran, Tahun II hafalan Juz Amma dan surat-surat pilihan beserta doa-doa, Tahun III pendalaman nahwu praktis, Tahun IV, V dan V dipecah menjadi dua konsentrasi.
“Yang ingin serius tahfidz Alquran, akan menekuni tahfidznya. Dan yang serius mendalami kitab kuning akan melanjutkan kitab kuningnya,” ujarnya. “Dan insya Allah semua dikelola oleh guru-guru yang amanah yang akan kami saring sebaik-baiknya,” imbuhnya.
Untuk kian mematangkan persiapan ini, Pengelola mengirimkan 11 guru dan santri senior untuk belajar di Pondok Pesantren Anak-anak Assalim Gembong Balaraja, pimpinan KH. Mahfudz Lubits dan Ny. Siti maliha, selama lima hari: Kamis-Senin (17-21 Maret 2021), dikomandani oleh Bunda Saadah. Mereka adalah Lely Damayanti, Isnanini, Vera Fitria Zulfa, Nur Asifah, Aliyatul Himmah, M. Misbahudin, Ahmad Faisal, Faqih Tasya Hidayatullah, Muhammad Fajar dan Sudirman.
Di sana, dijelaskan Bunda, mereka belajar tentang kurikulum, pengelolaan kamar, pembelajaran, penerapan aturan, sanksi, akhlak, dan sebagainya. Mereka berbaur langsung dengan para santri. Tidur bersama, makan bersama, mandi antri, dll.
“Banyak hal yang kami pelajari di sana. Dan masya Allah, pesantren ini pengelolaannya sangat maksimal, baik kurikulum maupun menejemen sosialnya. Di Assalim semua kurikulum terukur dan ada target yang jelas. Kita banyak belajar dari pesantren yang baru berdiri 10 tahun ini. Dan insya Allah kami akan menerapkan di tempat kami sejauh yang bisa dijalankan,” ujarnya.
Semoga saja, kegiatan studi banding ini memberikan banyak nilai positif bagi Pondok Pesantren Qothrotul Falah dan para santri. Semoga juga, apa yang direncanakan benar-benar bisa menjadi kenyataan dan memberikan banyak kemanfaatan.[nhm]