PERTANYAAN:
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Semoga Pak Kiai dan keluarga senantiasa diberi-Nya kesehatan. Amin!
Pak Kiai, akhir-akhir ini tawuran antar pelajar atau antar warga semakin ramai terjadi. Tidak hanya pelajar, di Makassar bahkan mahasiswa juga tawuran, hingga menewaskan dua mahasiswa. Yang terbaru, di Lampung terjadi tawuran antar warga, sampai puluhan nyawa melayang.
Pertanyaan saya Pak Kiai, bagaimana Islam memandang tawuran-tawuran seperti ini?
Demikian pertanyaan saya Pak Kiai. Atas penjelasannya, saya ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
PENANYA
Mustafa Kamal
Santri, Lebak Banten
JAWABAN
Wa’alaikumussalam, Wr. Wb.
al-Hamdulillah, saya dan keluarga senantiasa diberi-Nya kesehatan. Semoga Sdr. Kamal juga demikian halnya. Amin!
Apa yang disampaikan Sdr. Kamal memang benar adanya. Sekarang ini masyarakat Indonesia mudah sekali tawuran, baik masyarakat umum, pelajar, termasuk juga mahasiswa sebagaimana yang terjadi di Makassar, yang menyebabkan dua mahasiswa meninggal dunia. Bahkan terkadang yang tidak tahu urusannya sama sekali yang menjadi korbannya. Malahan tawuran yang menyebabkan kerugian materiil dan moril itu kini tidak hanya terjadi di kota-kota besar. Di Lebak saja, sudah beberapa kali terjadi tawuran antar pelajar.
Entahlah, sebetulnya apa yang sedang terjadi pada masyarakat kita yang selama ini dikenal sopan santun, sehingga kita terkesan beringas karena tega melukai saudara sendiri. Karakter ketimuran kita seakan sirna entah ke mana. Ini membuat kita prihatin. Apapun alasannya, seharusnya sebagai sesama warga negara Indonesia kita tetap menjaga persaudaraan, dengan melindungi satu sama lain. Berbhinneka lah tapi yang tunggal ika.
Sdr. Kamal yang dirahmati Allah SWT. Hemat saya, tidak ada satu agamapun yang membenarkan apalagi mengajarkan umatnya melakukan tawuran, yang merugikan banyak pihak. Tak jarang pihak yang tak tahu asal muasalnya turut menjadi korban. Belum lagi terjadinya korban materiil yang tidak sedikit. Dengan caranya masing-masing, semua agama senantiasa mengajarkan kedamaian dan perlindungan pada saudaranya.
Karena itu, tawuran hukumnya haram karena mencelakai orang lain. Mencelakai orang itu hukumnya dosa, apalagi sampai menyebabkan nyawanya hilang. Itu sebabnya, ajaran Islam mewajibkan seluruh umatnya untuk tidak membahayakan orang lain (la dharara wa la dhirara) dan melindungi jiwa (hifdh al-nasf). Jiwa siapapun tentunya. Apalagi jiwa manusia, nyawa binatang yang layak dilindungi saja wajib kita lindungi.
Dalam al-Qur’an diterangkan, kita tidak boleh membunuh. Sebab, membunuh satu orang saja yang tiada bersalah, itu sama halnya membunuh semua manusia (Qs. al-Maidah: 32). Kita juga dilarang melakukan pengrusakan di atas muka bumi (Qs. al-A’raf: 56 dan 85, dll) dengan cara dan untuk tujuan apapun. Ini menunjukkan, ajaran agama, dalam hal ini Islam, mengedepankan keramahan dan ketenteraman. Bahkan diriwayatkan, Nabi Muhammad menyatakan, orang muslim adalah orang yang memberikan rasa aman dan tenteram bagi saudaranya.
Namun demikian, seringkali antara ajaran dan amaliah di lapangan terjadi ketidaksingkronan. Inilah yang harus menjadi pelajaran bagi semua pihak; baik ulama, umara maupun aparat yang berwenang. Tokoh agama – kiai, ustadz, muballigh dan sejenisnya – dari semua agama harus terus-menerus menyebarkan ajaran damai ini tanpa lelah. Para umara juga harus terus membuat program atau kebijakan yang berkarakter damai. Keduanya juga harus bersinergi, karena inilah kunci kemajuan bangsa ini. Aparat keamanan pun wajib mendukung penuh sinergi kedua pihak ini.
Insya Allah, apa yang sudah terjadi hanyalah “kecelakaan” bagi kita sebagai bangsa timur. Mudahan-mudahan ke depan kita bisa menata kembali kehidupan kita yang bersahaja, penuh persaudaraan dan kehangatan. Tentunya semua komponen bangsa ini harus bekerja keras mewujudkannya.
Sdr. Kamal yang baik. Inilah jawaban yang bisa saya sampaikan. Mudah-mudahan bermanfaat. Kita terus berdoa, semoga tawuran atau bentrok antar saudara sendiri bisa terkikis dan tidak ada lagi, sehingga kita bisa hidup berdampingan penuh kebersahajaan. Amin! Wa Allah a’lam.[]
Lebak, 4 November 2012