PERTANYAAN
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Semoga Pak Kiai dan keluarga sehat dan sukses menjalankan aktivitas sehari-hari. Amin!
Pak Kiai, saya Ulfa dari Bogor Jawa Barat. Saya kan perempuan normal. Ketika menjalankan ibadah puasa Ramadhan, saya pasti mengalami halangan puasa karena haid. Pertanyaan saya, bolehkah ketika saya membayar hutang puasa (qadha’), saya niatkan untuk dua niat sekaligus, yaitu membayar hutang puasa yang saya tinggalkan dan puasa sunnah?
Hanya ini yang saya tanyakan, Pak Kiai. Semoga Pak Kiai berkenan memberikan penjalasan kepada saya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
PENANYA
Ulfa,
Bogor Jawa Barat
JAWABAN
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Teh Ulfa yang dirahmati Allah SWT. al-Hamdulillah, saya dan keluarga sehat-sehat saja dan masih terus beraktivitas. Semoga Teh Ulfa di Bogor juga selalu sehat.
al-Hamdulillah, Teh Ulfa diberi siklus haid yang normal oleh Allah SWT. Itu patut disyukuri, karena siklus haid yang normal akan menjadikan kondisi tubuh perempuan sehat, sehingga memudahkan proses reproduksi. Haid itu kondisi alamiah yang terus terjadi pada perempuan setiap bulannya, tak terkecuali Teh Ulfa. Karenanya, jika tamu rutin ini datang, pasti ada kewajiban agama yang harus ditinggalkan seperti shalat atau puasa Ramadhan.
Walaupun dua ibadah ini harus ditinggalkan oleh perempuan yang haid, namun perlakuan setelahnya berbeda. Untuk shalat yang ditinggalkan, maka perempuan yang haid tidak usah menggantinya. Tapi untuk puasa yang ditinggalkan, maka dia harus menggantinya di waktu lain. Dengan demikian, sudah seharusnya Teh Ulfa membayar atau meng-qadha puasa sesuai jumlah hari yang ditinggalkan.
Terkait membayar hutang puasa, bolehkah diniati untuk dua niat? Teh Ulfa yang baik, puasa sunnah itu bentuknya banyak. Ada yang lazim atau biasa dilakukan dan ada yang kadang-kadang saja. Puasa sunnah yang biasa dilakukan seperti Senin-Kamis atau Dawud (sehari puasa dan sehari tidak). Ketika mau meng-qadha hutang puasa Ramadhan, kebetulan pas hari Senin atau Kamis, maka niat puasanya qadha saja. Tidak perlu niat puasa sunnah. Insya Allah, niat dan pahala puasa sunnahnya ikut terkafer. Niat puasa qadha harus didahulukan, karena itulah yang wajib dikerjakan duluan. Jadi, dahulukan yang wajib, insya Allah yang sunnah ikut.
Ini berbeda dengan puasa sunnah Syawal misalnya. Karena puasa sunnah Syawal itu afdhol-nya langsung dikerjakan setelah Idul Fithri dan ia bukan puasa sunnah yang lazim dikerjakan, maka lebih baik kerjakan dulu puasa sunnah Syawal dengan niat khusus. Lalu kerjakan qadha puasa Ramadhan setelahnya dengan niat yang juga khusus. Apalagi mengerjakan qadha puasa Ramadhan kan waktunya longgar. Namun, semakin cepat dibayar, ya semakin baik. Insya Allah, pahala dan keutamaan yang didapat akan dobel. Puasa sunnah Syawal dapat dan kewajiban membayar hutang puasa Ramadhan juga dapat.
Hanya ini yang bisa saya sampaikan. Semoga Teh Ulfa bisa memahaminya dan semoga apa yang saya sampaikan ada manfatnya baik bagi Teh Ulfa maupun bagi yang lainnya. Wa Allah a’lam.[]
Cikulur,19 Agustus 2011